Biografi

subki pendiri yayasan bani saleh bekasi

 

BIOGRAFI PENDIRI YAYASAN BANI SALEH BEKASI

Dr. H. M. Subki Abdulkadir lahir di Tegal, 12 Januari 1937 dan wafat di Jakarta, 20 Mei 1999, Pendiri Yayasan Pembina Pendidikan “Bani Saleh” Bekasi yang membawahi lima bidang yaitu: Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi, Sosial, dan Dakwah ini menyelesaikan pendidikan formal tingkat dasar dan sekolah menengah pertama di kota kelahirannya, Tegal Jawa Tengah. Melajutkan sekolah menengah atas di Yogyakarta dan masuk ke fakultas kedokteran Universitas Gajah Mada (1956). Dan berhasil menggondol gelar dokter ditahun 1967. Mengawali praktek sebagai dokter kewedanan di Brebes, beralih menjadi dokter perusahaan di PN. Sandang (1972-1980), menempati pucuk pimpinan RS. Islam Jakarta (1983) dan menempati pos terakhir di RS. Islam Jakarta Timur (1998-1999). Aktif dalam berbagai organisasi, seperti Pemuda Muhammadiyah, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Dimasa mudanya dan diteruskan ke lingkup PP Muhammadiyah dan Majelis Ulama Indonesia. Disamping menghabiskan banyak waktu untuk berceramah baik berupa media tatap muka, cetak, audio maupun audio visual, Subki telah menyempatkan diri menghasilkan beberapa buku maupun tulisan lepas dalam berbagai media yang diterbitkan khusus oleh Divisi Penerbitan dalam lingkup internal Yayasan Bani Saleh.

Ketua Majelis Ulama Indonesia pada saat itu (2010) Prof. K.H Ali Yafie mengungkapkan “keteladanan yang ditampilkan sebuah pribadi seperti Pak Subki selama hayatnya dan patut dicontoh oleh banyak orang diantaranya adalah sikap hidup yang bersahaja, tidak pernah menyinggung orang lain dalam memberikan ceramahnya. Petuahnya dalam menerangkan keteladanan yang diberikan oleh Rosululloh SAW dan para sahabatnya dituangkan dengan cara santun dan ramah tanpa menyinggung hati pendengarnya.

Uraiannya dalam membina umatpun tak lupa selalu ditambah dengan penjabaran ilmiah yang sesuai dengan perkembangan zaman, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi millennium ketiga mendatang. Kandungan ceramah yang lebih menonjolkan tentang kebersamaan, persaudaraan dan menjauhkan diri dan persoalan-persoalan khilafiyah atau perbedaan pendapat yang tidak prinsipil menjadi bagian dan pribadinya.”